4 Tahun berkelana

Baru saja install aplikasi Instagram kembali pada akhir Mei setelah berpuasa update sosial media di Bulan Ramadhan (ga pengaruh banyak), tetiba aplikasi itu memberikan momeries reminder foto pertama kali sampai di Jerman tepat empat tahun yang lalu pada laman stories. Seketika ingatan dan rasa emosional langsung menuju ke sana dimana seorang yang pertama kali terbang ke luar negeri dan langsung terbang selama 17 jam perjalanan menuju wilayah Eropa barat, yaitu Jerman.
Perasaan terperangah dan agak norak seperti kabayan yang menuju ke kota secara otomatis saya peragakan. Kemana-kemana foto, apalagi setiap mau nanya orang selalu bilang "sorry, It is my first time in here." Padahal kalau dipikir kembali itu benar benar hal terpolos dan bisa jadi empuk buat para orang yang berniat jahat untuk menipu dan merampas barang bawaan si perantau culun ini. 

Hal yang teringat lainnya adalah tidak seperti halnya para wisatawan atau pelajar yang ingin kuliah ke luar negeri bawa koper berukuran XXL, saya yang modalnya pas-pasan, rela menyulitkan diri dengan modal dua koper kabin umroh pemberian  Bude dan tas kebanggaan semenjal SMA kelas XI pemberian seorang sahabat (sampai sekarang masih ada dan terpakai). Dengan tambahan tas selempang yang penuh pula, saya berjalan mencari cara untuk bisa pergi dari Bandara Hamburg menuju kota Wilhelmshaven. 

Akan tetapi, bukan full cerita nostalgia tentang rasa suka dan duka empat tahun lalu yang ingin saya ceritakan saat ini melainkan bagaimana mencoba iseng cocoklogi dengan kondisi saat ini. Terkhusus soal jodoh hidup.. Kalau soal studi masih belum tahu akan berakhir sampai mana namun tetap stay positive aja hehe..  

Iya jodoh hidup.. teringat empat tahun lalu sampai di kota Hamburg dan tak pernah terbayangkan mendapatkan jodoh yang berasal dari kota itu. Terlebih lagi ketika waktu itu memesan tiket, pilihan kota Hamburg dipilih karena dikira itu yang cukup dekat dan cocok aja menuju Wilhelmshaven (padahal ada bandara di Bremen). Apakah memang sudah menjadi tanda dari Sang Maha Penentu Jodoh untuk membuat benang merah perjalanan hidup dan cinta saya? Yaa kalau pakai ilmu cocokologi semua terkait tapi ya jawaban paling tepat bisa dijawab adalah Wallahua'lam, hanya Allah SWT yang Maha Tahu. 

Kita sebagai makhlukNya ya hanya bisa berusaha dan berdoa aja. Teringat pula pernah dengar ceramah bahwa semua takdir, jodoh, hidup dan mati kita sudah tertulis dalam Lauhul mahfudz. Jadi mau sekuat apapun usaha kita kalau tanpa adanya Allah SWT di hati kita, pasti akan menyesal jika itu tidak tercapai sesuai dengan perkiraan akal kita. Jadi apapun hal yang terjadi dalam diri kita, suka maupun duka yaa stay positive aja sama yang punya kuasa.

Untuk mau tahu bagaimana kisah cinta saya dan istri, bisa saksikan di tulisan selanjutnya. Maaf kalau awal-awal serius tapi berakhir pada sharing receh yaa hehe.. 

Wassalamu'alaikum.


Comments